BERANI BERHIJRAH
Ifah ingin sekali menuntut ilmu dan
bersekolah lagi, karena semenjak lulus SMA ifah tidak langsung melanjutkan
sekolahnya tetapi langsung mencari pekerjaan untuk membantu kedua orangtuanya.
Setelah beberapa tahun bekerja, ifah berniat untuk segera
mendaftarkan diri ke perkuliahan.
Ifah mengambil jurusan pendidikan agama islam agar pengetahuan
agamanya bertambah dan bisa menjadi seorang guru SD walaupun basic keahliannya
adalah sebagai administrasi perkantoran.
Ketika hari pertama berkuliah, Ifah melihat disekeliling
temannya banyak yang memakai baju serba syar’I dengan jilbab yang panjang. Saat
itu ifah hanya memakai rok dengan baju atasan yang tidak panjang serta jilbab
yang tidak sepenuhnya menutupi dada.
(Ifah berkata dalam hati) “ Ya
Ampun, begini yaa kalau kuliah ngambil jurusan yang agamis, semua perempuannya
rata-rata berpakaian syar’i. aku jadi malu dan minder banget “
Setelah pulang kuliah Ifah langsung
menceritakan hari pertama kuliah kepada Ibunya.
“Assalamualaikum” (Ifah membuka pintu)
“Wa’alaikum salam,
eh kamu udah pulang, gimana hari pertama kuliah??”
(sahut ibundanya yang ketika itu sedang
didalam kamar)
“alhamdulillah lancar bu, oiya bu
Ifah dapet banyak teman lagi. Dan ternyata di sana banyak yang berpakaian syar’I
loh bu, Ifah jadi malu” (curhat Ifah)
“karena kamu kuliah di
perkuliahan yang khusus agama islam jadi semuanya rata-rata seperti itu, coba
kamu kuliah di tempat yang umum pasti ada yang tidak berhijab bahkan ada yang
gaya berhijabnya tidak sepenuhnya menutup aurat” (ibundanya mencoba
menjelaskan)
“hmm bener juga sih bu”
(jawab Ifah)
Semalaman Ifah memikirkan tentang pakaian bersyar’I.
Terlintas dipikiran Ifah untuk
mencoba tetapi dalam hati kecilnya dia masih belum pantas untuk melakukannya
karena masih banyak dosa yang melekat pada dirinya.
Di sepertiga malam ifah bangun dari
tidur, lalu Ifah langsung melaksanakan sholat tahajud meminta petunjuk kepada
Allah.
Seesokan harinya, ketika Ifah bangun
tidur dan melaksanakan sholat subuh. Ifah berpikir kembali dan mencoba untuk
melakukan secara bertahap.
Mula-mula dia tinggalkan kebiasaan
menggunakan celana lepis atau jeans yang ketat dan memakai jilbab yang menutupi
dada.
Sebelum Ifah berangkat kerja, Ifah
mengumpulkan celana lepisnya..
Ketika Ifah sedang membereskan
celananya, sang ibunda masuk ke kamar Ifah.
“tok tok, Ifah.
Kamu udah bangun belum?” (ibundanya
memanggil)
“sudah dari tadi
kok bu, ibu masuk saja ke kamar Ifah”
(Sahut Ifah)
“Loh, ini kamu
ngapain beres-beres pakaian, ini celana lepisnya kenapa dipisahin?” (ibunya merasa keheranan)
“Bu, aku
memutuskan untuk tidak memakai celana lepis lagi. Aku mau lebih sering pakai
rok atau gamis saja bu. Boleh kan bu ?”
(Ifah bertanya)
“Boleh saja
Fah, terus celananya mau di apain?”
(jawab ibundanya)
“aku bingung
bu, hmmm atau kasih saja ke Vina. Dia kan sudah remaja dan aku lihat dia lebih
sering pakai celana lepis untuk main dengan teman-temannya. Bagaimana Bu? “ (Tanya Ifah)
“Boleh Boleh,
ya sudah nanti ibu kasihkan ke Vina. Semoga kamu istiqomah yaa, Nak” (jawab ibundanya)
Akhirnya keputusan Ifah untuk tidak
memakai celana lepis sudah bulat dan mencoba memakai pakaian yang serba
tertutup dan tidak ketat.
Berkuliah di tempat khusus agama
memang berpengaruh banyak kepada diri Ifah.
Banyak pelajaran berharga yang Ifah
dapatkan selain mendapatkan ilmu agama, Ifah juga mendapatkan kenyamanan hidup dengan berani berhijrah untuk ke arah yang lebih baik lagi.
_the end_
created:
by. Syifa Fauziah
http://shyffaziiahh18.blogspot.co.id/